Laksamana Cheng Ho: Pengibar Panji Manusiawi
Terukir dalam lembaran sejarah dunia, Laksamana Cheng Ho bukan hanya sebagai seorang laksamana ulung dari Dinasti Ming, tetapi juga sebagai mengibarkan simbol toleransi, perdamaian, dan pertukaran budaya. Pelayaran epiknya melintasi samudera pada abad ke-15 telah meninggalkan kesan yang mendalam, bukan hanya dalam bidang perdagangan dan diplomasi, tetapi juga dalam membentuk pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan yang sejagat
Semasa menghadiri Pameran Budaya Islam Cina anjuran Persatuan Cina Muslim Malaysia (MACMA) dan Seminar Cheng Ho 2024 yang diadakan di Masjid Wilayah Persekutuan baru-baru ini, penulis terpanggil untuk merenungi sumbangan Laksamana Cheng Ho kepada kefahaman dan penghayatan Islam.
Cheng Ho (Zheng He; 1371-1433) yang lahir dengan nama Ma He berasal dari keluarga Muslim Hui di Provinsi Yunnan, China. Pada usia muda, beliau ditangkap dan dijadikan pelayan di istana Dinasti Ming. Meskipun mengalami masa kecil yang penuh cabaran, Cheng Ho menunjukkan kecerdasan dan bakat kepemimpinan yang luar biasa sehingga mendapatkan kepercayaan Maharaja Yongle dan diangkat menjadi laksamana yang memimpin armada ekspedisi maritim terbesar dalam sejarah pada masa itu.
Antara tahun 1405 hingga 1433, Cheng Ho memimpin tujuh pelayaran besar yang mengarungi Samudra Hindi dan mencapai berbagai wilayah di Asia Tenggara, India, Timur Tengah, dan bahkan Afrika Timur. Armada Cheng Ho yang terdiri dari ratusan kapal dan ribuan awak kapal membawa berbagai barang dagangan, hadiah, dan utusan diplomatik. Tujuan utama pelayaran ini adalah untuk menjalin hubungan persahabatan, memperluas perdagangan, dan menyebarkan pengaruh Dinasti Ming.
Cheng Ho mengunjungi berbagai kerajaan dan kesultanan di Asia Tenggara, termasuk Melaka, yang pada masa itu merupakan pusat perdagangan penting. Beliau menjalin hubungan baik dengan para penguasa setempat, bertukar hadiah, dan mempromosikan perdamaian serta kerjasama. Pelayaran Cheng Ho tidak hanya membawa keuntungan ekonomi bagi China, tetapi juga memperkenalkan teknologi, budaya, dan agama Islam ke berbagai wilayah yang dikunjunginya.
Perjalanan Cheng Ho memberikan banyak hikmah dan pelajaran berharga yang relevan hingga saat ini. Cheng Ho berhasil menjalin hubungan baik dengan berbagai masyarakat yang berbeza budaya dan agama. Ia menunjukkan sikap toleransi dan menghormati kepercayaan orang lain, sambil tetap mempertahankan identitinya sebagai seorang Muslim. Pelayaran Cheng Ho dilakukan dengan pendekatan diplomasi dan perdamaian, bukan penaklukan atau penjajahan. Ia menunjukkan bahawa hubungan antarabangsa dapat didirikan atas dasar saling menghormati dan kerjasama, bukan kekerasan, penjajahan, peperangan dan konflik.
Cheng Ho membuka jalur perdagangan baru dan memperluas jaringan perdagangan antara China dan negara-negara lain, membawa kemakmuran ekonomi bagi semua pihak yang terlibat serta menunjukkan pentingnya perdagangan bebas dalam meningkatkan kesejahteraan global.
Cheng Ho adalah seorang penjelajah yang haus akan pengetahuan. Cheng Ho membawa pulang berbagai informasi tentang geografi, budaya, dan teknologi dari wilayah yang dikunjunginya. Ini menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan dan penjelajahan dalam memperluas wawasan dan membangun peradaban.
Meskipun Cheng Ho adalah seorang Muslim yang taat, ia juga mewujudkan nilai-nilai universal yang dapat diterima dan dihormati oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang agama atau budaya mereka. Nilai-nilai ini termasuklah kemanusiaan. Cheng Ho menunjukkan kepedulian terhadap sesama manusia, tanpa membezakan agama atau ras. Beliau membantu masyarakat yang memerlukan dan mempromosikan perdamaian di wilayah yang dikunjunginya. Cheng Ho bertindak adil dan bijaksana dalam memimpin armadanya dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Ia tidak menyalahgunakan kekuasaan atau melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Cheng Ho menghadapi berbagai rintangan dan bahaya dalam pelayarannya, tetapi beliau tetap teguh dan berani menjalankan misinya. Cheng Ho dikenal sebagai pemimpin yang jujur dan berintegriti. Tidak pernah mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi negaranya dan masyarakat yang dikunjunginya.
Laksamana Cheng Ho adalah sosok yang menginspirasikan, bukan hanya karena keberanian dan kepemimpinannya dalam memimpin pelayaran epik, tetapi juga karena menjunjung tinggi nilai-nilai murni. Kisah dan sejarahnya mengajarkan kita tentang pentingnya toleransi, kerjasama, perdamaian, dan pengetahuan dalam membangun dunia yang lebih baik. Cheng Ho adalah bukti bahawa nilai-nilai universal dapat melampaui batas agama, budaya, dan waktu, dan menjadi warisan berharga bagi seluruh umat manusia.
Meskipun Cheng Ho digambarkan sebagai tokoh yang penuh kemanusiaan dan adil, sebahagian sarjana mengatakan bahawa kemungkinan tindakannya didorong oleh kepentingan politik dan perluasan kekuasaan Dinasti Ming. Kedatangan armada besar Cheng Ho ke wilayah asing dianggap sebagai bentuk intimidasi atau ancaman dan berpotensi mengganggu keseimbangan politik dan ekonomi setempat. Itulah bawaan sudut pandang politik yang sifatnya ketara condong kepada ketegangan dan konflik. Sudut pandangan ini perlu dineutralkan dengan penghujung pelayarannya yang membawa kebaikan dan menutup kegelisahan setempat.
Namun, ekspedisi Cheng Ho juga dapat dilihat sebagai alat untuk menyebarkan pengaruh agama Islam di wilayah-wilayah yang dikunjungi. Sedikit sebanyak, hal ini mungkin telah mengubah lanskap keagamaan di beberapa daerah, yang dapat dipandang positif atau negatif tergantung pada perspektif yang diambil.
Cheng Ho telah menunjukkan keperibadian unggul seorang pelayar dan pedagang Muslim yang digambarkan melalui al-Quran dan Hadith. Cheng Ho telah membina sebuah teladan rentas zaman dan membina jambatan manusiawi serta mengharmonikan hubungan rentas bangsa dan negara dengan nilai murni sejagat yang dianjurkan oleh Islam. Warisan Cheng Ho terus relevan menjadi inspirasi kepada generasi masa kini untuk mengamalkan nilai-nilai universal yang dianjurkan oleh Islam dalam usaha membina dunia yang lebih harmoni dan sejahtera.
Penulis : Encik Mohd Noor Omar
Felow, Pusat Kajian Syariah, Undang-undang & Politik, IKIM